Prodi IQT Mengundang Ahli Studi Qur’an Malaysia Untuk Melacak geneologi tafsir Indonesia-Malaysia

Blog Single

Selasa, 21/11/2023 Program studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir (IQT) IAIN Kudus mengadakan The 4th International Conference on Qur'anic Studies. Tema yang diangkat adalah Tracing the Roots : Exploring the Geneology of Exegesis in Indonesian & Malaysia. Acara dilakukan secara blended bertempat di gedung SBSN lantai 2 dan online via zoom meeting. Kegiatan seminar tahunan ini Mengundang narasumber Dr. Muhammad Masruri (Senior Lecturer at Departmen of Islamic Studies,Centre for General Studies and Co-Curricular, UTHM Malaysia) dan Dr. Abdul Fatah, M.Si.(Lecturer of Qur'anic Studies, Ushuluddin Faculty, IAIN Kudus, Indonesia)

Pada opening ceremony Dr. H.Ahmad Atabik,Lc.,M.S.I selaku Dekan Fakultas Ushuluddin menyampaikan bahwa "Di acara ini nantinya narasumber akan membahas sejarah perkembangan tafsir di Indonesia maupun di Malaysia. Kesempatan ini dapat dijadikan inspirasi bagi mahasiswa dalam menulis skripsi atau jurnal" Adapun Kaprod IQT Ulfah Rahmawati, M.P.d.I dalam sambutannya menyampaikan "IC IQT di tahun 2023 sedikit berbeda dengan  tahun sebelumnya. Karena tidak digabung dengan call for paper.  Harapannya di tahun 2024 acara IC IQT ke 5 dapat diselelenggarakan kembali dan  digabung dengan call for paper"

Peserta yang hadir dalam acara the 4th International Conference on Qur'anic Studies adalah sekitar 100 mahasiswa dan diikuti sebagian secara daring via zoom meeting.

Dr. Muhammad Masruri dalam paparannya menyampaikan  “Pada awalnya, pengkajian tafsir di Malaysia berkembang dalam sistem pengajian pondok di Masjid, surau, Maahad.  Kemudian pengkajian tafsir Al-Quran berubah menjadi sistem formal di tingkat sekolah agama. Sekolah Arab Maahad Muhammadi pada 1945 dan sekolah agama lain. Sedangkan Pengkajian Tafsir secara akademik di tingkat university sudah diadakan  di  UKM, UIA, USM, UNISZA, USIM, UTM, UPSI. Adapun ciri dari tafsir melayu itu adalah ringkas, pembahasan sederhana sesuai dengan kebutuhan masyrakat waktu itu, corak secara umum adalah bil matsur dan sedikit bi ra’yi dan mengikuti madhab imam syafi’i. Di antara tokoh kunci berperan dalam perkembangan tafsir di Malaysia adalah tok pulau manis dan tok kenali. Sedangkan buku tafsir yang disahkan oleh pemerintah Malaysia adalah tafsir Pimpinan ar-Rahman karya dari Abdullah Basmeh. Di Malaysia ada pusat percetakan al-Qur’an terbesar ke dua di dunia yaitu kompleks Nasyrul Qur’an. Diperkirakan dalam setahun percetakan ini mampu mencetak satu juta naskah al-Qur’an yang sebagian didistribusikan ke negara-negara yang minoritas  Islam dan membutuhkan”

Sedangkan Dr. Abdul Fatah menyoroti transimi keilmuan ulama nusantara yang ternyata memiliki koneksi dengan para ulama di Malaysia. Seperti contoh tok pulau manis dan tok kenali yang juga disinggung oleh Dr. Masruri bahwa tok pulau manis yang memiliki nama asli Abdul Malik bin Abdullah adalah murid dari Sheikh Abd al-Rauf Singkil dari Aceh di mana waktu itu karya tafsir dari Sheikh Abd al-Rauf Tarjumanul Mustafid disalin oleh Tok Pulau Manis dan dibawa ke Malaysia untuk diajarkan pada masyarakat di sana. Tok Pulau manis ini punya murid namanya Tok Kenali. Di mana waktu belajar di Makah ternyata Tok Kenali ini dipengaruhi oleh banyak ulama di antaranya Muhammad 'Abduh, Muhammad Rashid Rida ,al-Maraghi . Di samping para ulama tersebut Tok Kenali juga belajar pada Sheikh Muhammad Arshad al-Banjari, Sheikh Nawawi Banten, dan Ahmad Khatib Minangkabau di mana tiga ulama ini tak lain berasal dari Indonesia. Ini meneguhkan bahwa perkembangan studi Qur’an di Malaysia sedikit banyak dipengaruhi oleh ulama nusantara. Sehingga ada relasi yang dekat antara Indonesia dan Malaysia dalam konteks studi Qur’an.  

Acara diakhiri dengan tanya jawab antara peserta dan para pembicara dan foto bersama. 

 

Share this Post1:

Galeri Photo